MEDAN – Pimpinan Wilayah (PW) Himpunan Mahasiswa Al Washliyah (HIMMAH) Sumatera Utara mengapresiasi Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dalam penanganan kasus pembunuhan Brigadir Nofriansyah Yoshua Hutabarat yang diduga melibatkan Irjen Ferdi Sambo dengan menerapkan scientific crime investigation atau penyidikan berbasis ilmiah.
“Setelah mencermati dan menelaah perkembangan penanganan kasus pembunuhan terhadap Brigadir J (Nofriansyah Yoshua Hutabarat-red), HIMMAH menilai patut dan sangat layak memberikan apresiasi kepada Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo. Sikap tegas, responsif, transparan, dan independen dalam penanganan kasus tersebut membuktikan bahwa Polri dibawah kepemimpinan Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo, telah mengedepankan proses penegakan hukum yang professional, berwibawah dan bermartabat,” ucap Sekretaris PW HIMMAH Sumut, Fadlan Zainuddin Siregar kepada wartawan, Senin (8/8/2022).
Fadlan menilai langkah Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo menerapkan scientific crime investigation pada kasus tewasnya Brigadir Yoshua Hutabarat, sudah tepat.
“Kapolri selalu menyampaikan bahwa pembuktian yang dilakukan untuk mencari kebenaran materil atas suatu tindak pidana selalu berdasar pada scientific crime investigation sebagai upaya penguatan alat bukti dalam penanganan perkara pidana, termasuk dalam kasus meninggalnya Brigadir Yoshua,” ujarnya.
Penyidikan berbasis ilmiah itu merupakan bentuk pertanggungjawaban Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo kepada publik bahwa hasil penyidikan kasus tersebut benar-benar transparan dan dapat dibuktikan secara ilmiah. Polri menghimpun berbagai macam ahli, mulai dari unsur biologi, kimia forensik, balistik forensik, IT Forensik, hingga kedokteran forensik, sehingga unsur-unsur ilmiah dari pembuktian kasus pidana tersebut bisa terpenuhi.
“Selain itu kita juga mendukung dan mengapresiasi Bareskrim Polri yang juga komitmen keterbukaan dan ketegasan untuk membangun stabilitas keamanan di masa yang akan datang. Saya optimistis sikap yang diambil oleh Kapolri akan meningkatkan integritas, independensi, dan kepercayaan publik pada institusi,” tukas Fadlan.
Aktivis muda Al Washliyah ini mengaku sangat mengagumi program Polri Presisi yang digagas Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo. Program ini mampu menumbuhkan kepercayaan publik kepada Polri. Bahkan, semua lembaga survei menempatkan Polri peringkat pertama mendapatkan kepercayaan publik dalam penegakan hukum.
“Presisi yang merupakan singkatan dari prediktif, responsibilitas, transparasi, dan berkeadilan membuat pelayanan dari kepolisian lebih terintegrasi, modern, mudah, dan cepat. Program Presisi adalah upaya membangun kejelasan dari setiap permasalahan keamanan dalam menciptakan keteraturan sosial di tengah masyarakat,” ujar Fadlan.
Untuk mendukung Polri Presisi, sebut Fadlan, Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo menerbitkan Surat Edaran Nomor: SE/9/V/2021 tentang Pedoman Standar Pelaksanaan Penegakan Pelanggaran Kode Etik Profesi Polri. Dalam surat edaran itu, Kapolri selalu mengingatkan kepada bawahannya yang memimpin wilayah untuk tegas dan menegakkan hukum kepada anggota yang melanggar peraturan disiplin anggota Polri pada PP 2 Tahun 2003 dan Peraturan Etika Polri yang tertuang dalam Perkap 14 Tahun 2011.
“Mutasi 25 personel Perwira Polri terkait pengungkapan dampak kasus pembunuhan terhadap Brigadir Yoshua, mencerminkan Polri Presisi yang diusung Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo tidak sekadar jargon. Kapolri telah membuktikan bahwa Polri prediktif, responsibilitas, transparasi dan berkeadilan,” pungkasnya. (Red)