Oleh: Adam Smith Bago, S.Si.,M.Pd.
Kandidat Doktor Undiksha Dosen tetap Universitas Nias Raya
Nias Selatan//topsumut.com – Masyarakat Nias, yang terletak di pantai barat Sumatera, Indonesia, memiliki beragam kearifan lokal yang berkaitan erat dengan lingkungan alam dan kehidupan sehari-hari.Kearifan ini mencakup praktik pertanian, pengelolaan sumber daya alam, dan pengetahuan tentang flora dan fauna yang telah diturunkan dari generasi ke generasi Sari (2021).
Namun, seiring dengan globalisasi dan modernisasi, kearifan lokal ini mulai terancam dan sering kali tidak mendapatkan perhatian yang layak dalam konteks pendidikan.
Kearifan lokal merupakan pengetahuan, praktik, dan nilai-nilai yang berkembang di tengah masyarakat lokal yang diwariskan secara turun-temurun. Kearifan lokal masyarakat Nias, seperti kebiasaan menjaga lingkungan, sistem pertanian tradisional, dan pemanfaatan obat-obatan alami, adalah contoh dari bagaimana manusia secara alami menciptakan cara-cara berkelanjutan untuk hidup harmonis dengan alam.
Sayangnya, seiring perkembangan zaman dan pesatnya kemajuan teknologi, nilai-nilai kearifan lokal ini semakin tergerus dan mulai kehilangan tempat di tengah generasi muda Putra (2022.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai salah satu mata pelajaran dasar di sekolah memiliki peran penting dalam membangun kesadaran siswa akan pentingnya menjaga keseimbangan alam dan lingkungan. IPA mencakup berbagai aspek ilmiah yang mengajarkan pemahaman tentang ekosistem, siklus energi, keanekaragaman hayati, dan prinsip-prinsip konservasi.
Namun, pengajaran IPA terkadang hanya berfokus pada teori dan konsep ilmiah modern tanpa menyertakan konteks budaya lokal yang dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa Santoso (2021).
Di sisi lain, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai mata pelajaran penting di sekolah memiliki peran sentral dalam membangun pemahaman siswa terhadap fenomena alam dan pentingnya menjaga lingkungan. IPA tidak hanya menyajikan konsep-konsep ilmiah, tetapi juga mengajarkan siswa untuk berpikir kritis, melakukan observasi, dan memahami interaksi antara manusia dan alam.
Namun, pengajaran IPA sering kali dilakukan tanpa mengaitkan materi dengan konteks budaya lokal, yang dapat mengurangi relevansi dan daya tarik bagi siswa.
Integrasi kearifan lokal masyarakat Nias ke dalam pembelajaran IPA tidak hanya dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi ilmiah, tetapi juga memberikan kesempatan bagi mereka untuk mengenal dan melestarikan budaya lokal Setiawan (2023).
Dengan mengajarkan IPA yang relevan secara budaya, siswa dapat melihat keterkaitan antara ilmu pengetahuan dan praktik tradisional yang diwariskan oleh nenek moyang mereka. Hal ini tidak hanya meningkatkan minat belajar mereka, tetapi juga membentuk sikap positif terhadap pelestarian lingkungan.
Mengintegrasikan kearifan lokal masyarakat Nias dengan ilmu pengetahuan alam menawarkan pendekatan yang inovatif dalam pendidikan. Pendekatan ini tidak hanya memungkinkan siswa untuk belajar IPA dalam konteks yang akrab, tetapi juga membangkitkan kesadaran akan pentingnya pelestarian budaya dan lingkungan. Melalui integrasi ini, siswa dapat memahami bagaimana kearifan lokal mencerminkan prinsip-prinsip ilmiah dan memberikan solusi berkelanjutan untuk tantangan lingkungan yang dihadapi saat ini.
Kearifan lokal adalah pengetahuan, kepercayaan, dan praktik yang diwariskan secara turun-temurun dan telah teruji dalam menghadapi tantangan alam dan lingkungan. Masyarakat Nias, yang tinggal di Pulau Nias, Sumatera Utara, memiliki berbagai kearifan lokal yang unik, terutama dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan.
Integrasi kearifan lokal dengan ilmu pengetahuan alam (IPA) sangat penting untuk mendukung keberlanjutan lingkungan dan mengembangkan metode yang selaras dengan budaya lokal.
Kearifan Lokal Masyarakat Nias memiliki tradisi dan pengetahuan yang mencakup pertanian, pengelolaan sumber daya air, serta konservasi flora dan fauna. Berikut adalah beberapa contoh kearifan lokal masyarakat yang relevan untuk dikembangkan dengan ilmu pengetahuan alam:
1. Pertanian Tradisional.
Masyarakat Nias menggunakan metode pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, seperti sistem perladangan berpindah (rotasi lahan) untuk menjaga kesuburan tanah. Dalam ilmu pengetahuan alam, hal ini dikenal sebagai agroforestri atau pertanian berkelanjutan yang bertujuan menjaga keseimbangan ekosistem. Dengan integrasi teknik modern seperti analisis kualitas tanah dan rotasi tanaman berbasis ilmu lingkungan, kearifan ini dapat ditingkatkan efektivitasnya.
2. Pengelolaan Sumber Daya Air.
Dalam masyarakat Nias, terdapat konsep Idano mbanua, yaitu pengaturan distribusi air yang seimbang agar dapat memenuhi kebutuhan semua rumah tangga dan lahan pertanian. Pengetahuan ini bisa diintegrasikan dengan teknologi pengelolaan air berbasis IPA, seperti sistem irigasi modern dan pemantauan kualitas air secara berkala. Dengan demikian, potensi penurunan kualitas air atau kekeringan dapat diantisipasi lebih awal.
3. Konservasi Flora dan Fauna Lokal.
Masyarakat Nias memiliki penghormatan terhadap satwa dan tanaman endemik yang memiliki peran penting dalam ekosistem. Konservasi yang mereka lakukan dapat diperkaya dengan data dari ilmu pengetahuan, seperti klasifikasi keanekaragaman hayati, monitoring populasi, dan metode rehabilitasi habitat. Dengan memadukan pendekatan ilmiah ini, konservasi lokal bisa lebih efektif dalam menghadapi ancaman eksternal seperti perburuan liar atau penebangan hutan yang tidak terkendali.
4. Hutan Larangan (Atua Eu).
Masyarakat Nias memiliki konsep hutan adat atau “hutan larangan,” di mana wilayah tertentu dijaga ketat dan tidak boleh ditebang sembarangan. Hutan ini berfungsi sebagai area konservasi, penahan air, dan menjaga ekosistem lokal tetap seimbang. Pengambilan hasil hutan dilakukan secara terbatas, hanya untuk kebutuhan mendesak (Arifin 2019).
5. Pembangunan Rumah Adat yang Ramah Lingkungan.
Rumah adat Nias (Omo Hada) dibangun dengan material alami seperti kayu dan rotan tanpa merusak alam secara berlebihan. Struktur rumah dirancang tahan gempa, sehingga selaras dengan kondisi alam Nias yang rawan gempa (Simatupang, D. (2020).
Integrasi Kearifan Lokal Masyarakat Nias dengan Ilmu Pengetahuan Alam
Integrasi kearifan lokal dan ilmu pengetahuan alam bisa dilakukan melalui beberapa cara:
1. Pendidikan dan Pelatihan Masyarakat
Program pendidikan berbasis komunitas yang mengajarkan masyarakat lokal mengenai sains dasar terkait ekosistem, keanekaragaman hayati, dan sumber daya alam dapat memperkuat pengetahuan mereka. Dengan memahami prinsip-prinsip IPA, masyarakat dapat lebih mudah mengadopsi inovasi tanpa mengorbankan tradisi mereka.
2. Pengembangan Teknologi Ramah Lingkungan.
Teknologi yang berbasis pada prinsip keberlanjutan seperti pengolahan limbah alami atau energi terbarukan dapat diterapkan dengan mengadaptasi kearifan lokal. Misalnya, penggunaan energi dari biomassa atau solar yang dapat diintegrasikan ke dalam sistem pertanian masyarakat.
3. Pendidikan Ekologi Berbasis Komunitas.
Pendidikan ekologi dapat diberikan melalui kegiatan yang melibatkan masyarakat lokal, seperti pelatihan pertanian organik atau pengelolaan sumber daya air secara terstruktur. Pendekatan ini memungkinkan transfer pengetahuan dari ilmuwan kepada masyarakat tanpa mengganggu praktik tradisional.
4. Riset Partisipatif untuk Konservasi Biodiversitas.
Kolaborasi antara masyarakat dan ilmuwan dalam riset biodiversitas dapat meningkatkan pemahaman masyarakat akan pentingnya melestarikan spesies lokal. Partisipasi masyarakat dapat memperkaya data dan memberikan pengetahuan yang lebih mendalam mengenai spesies endemik.
5. Penerapan Teknologi Ramah Lingkungan.
Teknologi yang mendukung keberlanjutan, seperti irigasi tetes atau energi terbarukan, dapat disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat Nias dan dipadukan dengan tradisi lokal. Misalnya, penerapan teknologi irigasi pada lahan yang menggunakan prinsip idano mbanua bisa membantu meningkatkan efisiensi penggunaan air.
6. Metode Pembelajaran:
Menggunakan metode berbasis lingkungan yang mengaitkan konsep-konsep IPA dengan praktik tradisional masyarakat Nias, seperti penggunaan tanaman obat dan teknik pertanian tradisional. Ini dapat membantu siswa memahami pentingnya keberlanjutan dan pelestarian lingkungan.
7. Contoh Praktis:
Dalam pembelajaran tentang ekosistem, guru dapat mengaitkan dengan cara masyarakat Nias mengelola hutan dan sumber daya alam secara berkelanjutan. Misalnya, pengajaran tentang fotosintesis dapat dipadukan dengan diskusi mengenai tanaman lokal yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
8. Pendidikan Karakter:
Integrasi kearifan lokal juga dapat meningkatkan pendidikan karakter siswa. Nilai-nilai seperti gotong royong dan saling menghormati yang terkandung dalam kearifan lokal dapat diajarkan bersamaan dengan materi IPA untuk membentuk karakter siswa yang lebih baik.
Integrasi kearifan lokal masyarakat Nias memiliki beberapa manfaat yaitu, Peningkatan Relevansi Pembelajaran. Dengan mengaitkan materi IPA dengan kearifan lokal, siswa lebih mudah memahami dan menghargai ilmu pengetahuan karena mereka melihat relevansinya dalam kehidupan sehari-hari mereka. Pelestarian Budaya, integrasi ini membantu melestarikan nilai-nilai budaya Nias di tengah arus modernisasi, sehingga generasi muda tetap terhubung dengan identitas budaya mereka sambil belajar ilmu pengetahuan.
Pengembangan Keterampilan Praktis: Siswa tidak hanya belajar teori tetapi juga keterampilan praktis yang dapat diterapkan dalam kehidupan nyata, seperti cara bertani yang ramah lingkungan atau penggunaan tanaman obat tradisional.
Penutup:
Integrasi kearifan lokal masyarakat Nias dengan ilmu pengetahuan alam dapat menghasilkan sistem pengelolaan lingkungan yang lebih efisien dan berkelanjutan. Pendekatan ini tidak hanya menjaga kelestarian lingkungan tetapi juga memperkuat budaya dan identitas masyarakat Nias dalam menghadapi tantangan lingkungan global. Kolaborasi antara ilmuwan, pemerintah, dan masyarakat sangat penting untuk mencapai tujuan ini.
( Fanema Bago)